Alasan Perempuan Harus Melawan
Foto: Perlawanan Perempuan |
Penulis: Pupah (Ketua Api Kartini Serang)
Garismassa.org - Pada zaman dahulu, umumnya di Indonesia, sebagai Negara yang juga pernah menganut sistem feodalisme yang kental, perempuan tidak ubahnya sebagai manusia yang acapkali dipandang lemah. porsi lemah yang dimaksud barangkali laki-laki lebih perkasa dan tangguh dalam segala hal. Pandangan-pandangan demikian wajar belaka ditengah sistem feodalisme menjadikan tanah sebagai satu-satunya sumber penghidupan dasar selain komoditas barang dagangan. Keadaan demikianlah yang melahirkan persepsi orang tentang harus adanya pembagian kerja antar laki laki sebagai penopang dapur dan perempuan sebagai pengelola dapur. Memang, secara umum masyarakat mengaminkan bahwa laki-laki secara alamiah memiliki kekuatan lebih dibanding perempuan. Namun, adanya satu dalil untuk menciptakan sudut pandang "ketidak setaraan" antar laki-laki dan perempuan tidak sepenuhnya benar.
Dalam literatur yang bisa kita temukan, Perempuan memiliki peranan penting yang amat menentukan dalam sejarah umat manusia. Jauh sebelum laki-laki mengenal cocok tanam dalam proses sambung hidup mereka di zaman purba, perempuan sudah lebih dahulu menemukan itu meski mungkin saja hanya karena kebetulan. Bahkan, bukti dari begitu utamanya peran perempuan, silsilah keturunan umat manusia ditentukan berdasarkan garis keturunan perempuan (matriarkis).
Di Indonesia sendiri dan bahkan di Negara-negara lain yang pernah berlawan terhadap kolonialisme seperti Bolivia misalnya, kita mungkin tidak asing dengan sosok Tamara Bunke, [1] seorang perempuan sekaligus gerilyawan tangguh dalam perjuangan pembebasan Bolivia juga perannya yang amat sentral yaitu menjadi intelejen Che Guevara untuk memata-matai musuh dari dalam. meski kadung nasibnya tak seindah namanya, perempuan gagah ini identitasnya diketahui musuh dan kemudian harus mati tragis ditembak tentara musuh dibagian lengan dan paru-parunya.
Sementara di Indonesia, perempuan-perempuan dalam masa pembebasan Nasional tidak kalah heroiknya ikut terlibat menjadi gerilyawan, entah hanya dalam bentuk menyokong perjuangan dengan cara menyuplai sejumlah kebutuhan makanan tentara Nasional atau bahkan terlibat langsung mengendalikan bedil.
sebagian perempuan dari kita mungkin tidak asing dengan sosok Erna Djajadiningrat,[2] seorang perempuan kelahiran Serang Banten, yang dalam masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia turut aktif dan mempunyai peran sentral yang tidak bisa dinafikan sejarah. Bersama kawan-kawan sebayanya, Suwarni Pringgodigdo dan Maria Ullfah, Erna mendirikan sebuah Organisasi yang namanya amat kental dengan filosofis jawa yaitu Wani (Wanita Indonesia). Sebagaimana diketahui, Wani adalah Bahasa Jawa Serang yang berarti Berani. Dari wadah yang diciptakannya itu, Erna memiliki inisiatif membentuk Dapur Umum yang menyajikan berbagai kebutuhan makanan pokom untuk diberikan kepada gerilyawan yang ada di medan juang.
Bunke dan Erna adalah contoh terkecil dari sekian banyak perempuan-perempuan lain yang jauh lebih perkasa dari laki-laki. Andai tak ada Bunke dalam gerilya yang dilakukan Che, mungkin saja pasukannya mudah terisolasi atau bahkan amat mudah untuk dilumpuhkan musuh. Begitupun pasukan gerilyawan Indonesia, layaknya manusia biasa yang hidupnya akan bertahan tatkala makan dan minum, akan bagaimana jadinya mereka ketika Erna dan seluruh perempuan Indonesia yang lain sama sekali tidak memiliki inisiasi untuk membuat dapur umum.
Gambaran-gambaran tersebut hendaknya menjadikan perempuan untuk tidak melulu dirundung mimpi buruk atas banyaknya persepsi bahwa perempuan adalah mahluk yang lemah dan derajatnya lebih rendah. Untuk mewujudkan segala-galanya apalagi menuntut tentang kesetaraan gender tidak akan pernah bisa dicapai jika kita memilih kalah terlebih dahulu sejak dalam fikiran. Untuk menciptakan kesetaraan itu, tidak akan mungkin hanya dalam keadaan kita memetik kisah-kisah inspirstif dari sekian banyak perempuan-perempuan tangguh pada masanya, saatnya kita mencobanya, meniru bara api semangatnya, bukan menikmati abunya.
_________________________________________
Reference:
[1]. "Tamara Bunke: Gerilyawan Perempuan yang Perkasa" tirto.id
[2]. "Perempuan Pertama Penerima Bintang Gerilya" Historia.id