Internasional Women's Day dan Upaya Rekonstruksi Peran Perempuan Mewujudkan Kesetaraan Gender

Doc: Sesi poto bersama setelah dialog publik berlangsung di Universitas Bina Bangsa Kota Serang

Garismassa.org - Dalam memperingati Internasional Women's Day Aksi Perempuan Indonesia Kartini (API KARTINI) Serang bersama Himpunan Mahasiswa Hukum (HIMAKUM) Uniba menyelenggarakan Dialog Publik bertajuk 'Merekonstruksi Peran Perempuan Sebagai Manusia Egaliter dalam Pergerakan Peradaban Zaman'. Dialog ini juga sebagai respon atas maraknya kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan di Indonesia yang kian meningkat, Senin, 09/2020.

Seperti dipaparkan Rizky Arifianto, salah satu pemantik dalam diskusi, Internasional Women's Day penting diperingati untuk menularkan spirit perjuangan perempuan terdahulu dalam menuntut hak dan kesetaraan perempuan dalam dunia kerja yang telah lama termarjinalisasi. Kilas balik sejarah ini menjadi penting untuk direfleksikan karena tidak selamanya perempuan dalam posisi dibawah seperti mindset orang Indonesia kebanyakan. Bagi Kudel, sapaan akrab Rizky, tidak ada kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa ada kemerdekaan dan kesetaraan perempuan.

Di Indonesia sendiri, budaya patriarkis memang masih amat kental dan kesenjangan antar perempuan dan laki-laki masih mudah untuk ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal yang amat sederhana misalnya, seperti dicontohkan oleh Titin Alawiyah, selaku pemantik diskusi, kadangkala ketidak setaraan itu juga ditunjukkan dalam struktur kepanitiaan kegiatan organisasi mahasiswa yang mana kebanyakan yang penempati posisi 'bidang konsumsi' misalnya, seringkali diisi oleh perempuan. Sementara bidang-bidang yang lain seoah laki-lakilah yang boleh menempatinya. Dari hal yang serhana tersebut, Indonesia belum mampu lepas landas meningkatkan peran perempuan setara dengan laki-laki. Untuk itu, perjuangan kesetaraan bisa diperjuangkan ketika perempuan itu sendiri lah ada kemauan untuk memperjuangkannya.

Sama persis dengan yang disampaikan Titin, Lia Riesta Dewi, yang juga aktif di LBH APIK Banten, memaparkan lebih jauh tentang hak dan fitrah perempuan sebagai manusia yang setara dengan laki-laki. Dalam sudut pandang biologis, perempuan dan laki-laki memang memiliki kodrat yang berbeda yang tidak bisa disangkal. Perbedaan itu bisa dilihat dari struktur tubuh dan fungsi-fungsinya. Perempuan misalnya melahirkan, menyusui, menstruasi dan lain-lain yang laki-laki tidak bisa melakukannya. Hanya dalam porsi itulah perbedaan antar keduanya. Dan ini sama sekali tidak bisa dijadikan landasan untuk menjastifikasi bahwa perempuan dengan demikian tugasnya hanya dapur, kasur dan sumur. Sehingga dari mindset itu perempuan melulu menjadi sasaran penindasan dan pelecehan seksual oleh laki-laki.

Lantas dimana kesetaraan itu bisa diperoleh perempuan?

Dalam ulasan sebelumnya telah dijabarkan, perempuan memiliki peran sentral yang tidak bisa dibantah dalam sejarah. Baik atas prestasinya menemukan corak produksi pertanian maupun menjadi gerilyawan tak ubahnya seperti laki-laki. Dalam konteks sekarang, kita bisa memperluasnya ke basis-basis yang lain yang lebih modern seperti berpolitik, mendapat pendidikan yang layak serta mendapat hak untuk tidak menjadi objek kekerasan seksual dan penindasan
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url