ADS


Mengabaikan Alam, Mengundang Bencana: Kisah di Kabupaten Malaka

Tambak Garam Di kabupaten Malaka. Hasil Foto Dokumentasi pribadi.


ELEMENDEMOKRASI.COM, Dikala alam masih memberi harapan untuk menyediakan segala kebutuhan penghuninya, alam rela tubuhnya dieksploitasi oleh keserakahan manusia yang tampak tanpa batas. 

Namun ketika alam dirusak, ia tidak pernah meminta balasan atas apa yang telah ia berikan kepada kita. 

Jika alam diibaratkan sebagai seorang manusia, ia sangatlah penyabar dan pemaaf. Sayangnya, manusia hari ini tidak menyadari apa yang akan terjadi ketika alam sudah muak atas perilaku dan perbuatan manusia terhadapnya.

Tentunya, alam akan memberikan balasan yang begitu dahsyat kepada manusia yang serakah dan egois. Alam akan membalas setimpal atas apa yang kita perbuat terhadapnya. 

Sungguh ironis ketika manusia tidak memiliki rasa syukur atas segala yang diperoleh hari ini. Lantas, bagaimana dengan berbagai hal yang sedang dijalani dan dialami saat ini?

Salah satu contohnya terjadi di Kabupaten Malaka, tepatnya di wilayah Laut Selatan, di mana telah terjadi alih fungsi hutan mangrove menjadi industri tambak garam dengan luas area sebesar 300 hektar. 

Ini merupakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap alam yang kemudian akan berdampak pada ketidakstabilan ekosistem. 

Bahkan, perubahan ini berpotensi memicu bencana seperti tsunami, karena hutan mangrove sebelumnya berfungsi sebagai pelindung dari derasnya gelombang saat pasang surut air laut.

Lahan tambak ini dikelola oleh PT Inti Daya Kencana yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Malaka sejak tahun 2015 hingga hari ini. 

Namun, banyak pertanyaan muncul dari masyarakat, karena meskipun korporasi ini telah lama beroperasi, hasil produksi garam tidak sedikit pun dinikmati oleh masyarakat setempat.

Lantas, apa sebenarnya tujuan dari kerja sama ini? Apakah kerja sama ini bertujuan untuk membangun, dengan mengundang investor guna mengurangi angka pengangguran serta memberi sumbangsih terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malaka?

 Ataukah ada hal lain di balik ini semua yang tidak bisa dijelaskan secara transparan dan hanya sebatas mengeruk, merusak, lalu pergi begitu saja tanpa tanggung jawab terhadap biaya kompensasi atas kerusakan yang telah dilakukan?

Di sisi lain, masyarakat Kabupaten Malaka hingga hari ini masih berpegang teguh pada kepercayaan leluhur yang telah diwariskan selama ratusan tahun. Mereka selalu mengandalkan kekuatan alam dalam setiap ritual adat.

 Tentunya, kerusakan alam akan memengaruhi rasa aman dan nyaman masyarakat. Ketika alam terganggu dan dirusak, maka banyak korban jiwa bisa berjatuhan akibat perbuatan manusia yang serakah dan egois.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url