Menjaga Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi
![]() |
Ilustrasi Gambar Dokumentasi to pixabay |
Elemendemokrasi.com- Seiring berkembangnya zaman, kita menyaksikan terjadinya degradasi dalam penghayatan terhadap budaya dan adat istiadat yang telah diwariskan oleh para leluhur kepada generasi saat ini.
Fenomena ini tak bisa dilepaskan dari pengaruh modernisasi yang berkembang begitu pesat dan masif di berbagai aspek kehidupan.
Jika arus modernisasi ini terus mengalami evolusi tanpa adanya keseimbangan, maka dikhawatirkan seluruh bentuk kearifan lokal akan perlahan ditinggalkan.
Gaya hidup modern akan semakin mendominasi dan menggeser identitas budaya yang menjadi jati diri bangsa.
Padahal, kearifan lokal adalah representasi eksistensi dari suatu daerah. Ia menjadi penanda identitas yang membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya.
Melalui kearifan lokal seperti upacara adat, sistem kepercayaan, tradisi tenun, dan berbagai warisan budaya lainnya, kita mampu mengenali akar sejarah dan asal-usul manusia.
Namun saat ini, banyak kearifan lokal yang mulai mengalami kelangkaan, bahkan dilupakan.
Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya luar yang tampak lebih praktis dan instan.
Tanpa kita sadari, modernisasi telah menyeret kita ke dalam dunia yang serba pragmatis dan instan, sehingga mengikis nilai-nilai budaya luhur yang seharusnya dijaga.
Gaya hidup hedonis, perubahan pola pikir, serta pandangan masyarakat terhadap budaya—terutama budaya Barat—semakin memperkuat pergeseran ini.
Budaya Barat lebih mudah diterima, diaktualisasikan dengan gaya yang menarik dan modern, sehingga banyak generasi muda yang merasa bangga menirunya.
Sayangnya, hal ini sering kali dilakukan dengan mengabaikan kekayaan budaya lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
Realitas ini menimbulkan dualisme yang kompleks: antara budaya lokal dan modernisasi.
Dua hal ini seolah berlawanan, namun sejatinya bisa saling melengkapi jika ditempatkan secara proporsional.
Tantangannya adalah bagaimana kita mampu memadukan keduanya tanpa kehilangan jati diri bangsa.
Akankah kita membiarkan hegemoni Barat menguasai seluruh aspek budaya kita?
Ataukah kita tetap teguh mempertahankan kemajemukan dan kearifan lokal yang menjadi kekuatan utama bangsa?
Pertanyaan ini harus dijawab dengan aksi nyata. Kita tidak perlu menyebutkan satu per satu budaya asing yang telah menguasai kehidupan sehari-hari, karena semuanya bisa kita rasakan dan refleksikan sendiri.
Yang terpenting sekarang adalah bagaimana strategi untuk menjaga agar kearifan lokal tetap eksis, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di pentas internasional.
Langkah strategis yang perlu diambil antara lain adalah:
- Menanamkan Pendidikan Seni dan Budaya Sejak Dini Pendidikan tentang seni dan budaya harus dimulai sejak anak usia dini hingga perguruan tinggi Ini penting agar generasi muda tidak hanya mengenal, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
- Sosialisasi dan Promosi Budaya Penting untuk mensosialisasikan pentingnya belajar seni dan budaya kepada semua lapisan masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui media, festival budaya, dan program-program edukatif yang kreatif dan menarik.
- Regenerasi dan Pelestarian Tradisi Tradisi seperti menenun, tari tradisional, musik etnik, dan ritual adat harus diregenerasikan dengan melibatkan anak muda sebagai pelaku utama. Budaya tidak boleh berhenti di satu generasi.
Sebagai penutup, pesan moral dari tulisan ini adalah ajakan kepada seluruh generasi muda untuk bangga terhadap budaya sendiri.
Mari kita jaga dan lestarikan kearifan lokal sebagai warisan yang tak ternilai, agar tidak hanya menjadi kenangan, tetapi terus hidup dan berkembang di tengah zaman yang terus berubah.
Penulis ( Mar Mone)