Hilangnya Esensi Pendidikan
setelah
melihat kondisi saat ini dengan berbagai macam kebijakan pemerintah seakan tak
berbanding lurus dengan kepentingan secara umum, khusus nya dibidang
pendidikan. Hari ini kualitas pendidikan semakin rendah, menurut data deutse
welle Saat ini Indonesia berada di posisi 108 di dunia dengan skor 0,603.
Secara umum kualitas pendidikan di tanah air berada di bawah Palestina, Samoa
dan Mongolia. Hanya sebanyak 44% penduduk menuntaskan pendidikan menengah.
Sementara 11% murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari sekolah.
Akibatnya kualitas pendidikan semakin tak terjamin karena orienstasi sistem pendidikan hanya untuk mememuhi kebutuhan pasar tenaga kerja, dalam hal ini esensi pendidikan yang di amanatkan oleh UUD 1945 sangat bertentangan dengan hak setiap warga negara dan kewajiban pemerintah sebab pendidikan telah di alih fungsikan kepada mekanisme pasar, masalah ini kemudian menelanjangi arah sistem pendidikan pada perguruan tinggi di indonesia, bahwa pendidikan adalah komoditi bagi kapitalisme ( Pemodal Asing ), dimana sistem ini menjadikan perguruan tinggi sebagai suatu badan usaha yang menghasilkan modal untuk mencetak tenaga-tenaga kerja terampil sesuai dengan standar yang diinginkan.
Kemudian Negara seakan melepas peran nya sebagai badan penyelenggara pendidikan, banyak nya kampus swasta dibanding Negri membuktikan bahwa negara meliberasisasikan pendidikan,dan bahayanya jika pendidikan sudah di liberalkan serta berpindah tangan kepada swasta maka secara penegelolaan akan berdampak pada maraknya komersialisasi, lemahnya standar pendidikan, tidak mutunya tenaga pengajar, hal ini menjadi anggapan di masyarakat bahwa mendirikan Kampus ibarat Investasi keluarga, Pendidikan seperti ini di katakan Paulo Freire sebagai Pendidikan Gaya bank
Berdasarkan data Kementrian riset, teknologi dan pendidikan tinggi mencatat sekitar 8,8 % dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah sarjana, itu akibat dari sistem pendidikan yang sengaja di format oleh pemodal asing dimana kurikulum pendidikan memperbanyak ilmu-ilmu kejuruan untuk kemudian dibawa ke pasar tenaga kerja milik perusahan asing, lalu bagaimana dengan sarjana yang tidak terserap? mau di kemanakan mereka? Dengan banyak nya sarjana yang menganggur tentu akan muncul pertanyaan, jika nantinya tetap menganggur untuk apa sekolah tinggi-tinggi?
Dengan berbagai kenyataan yang ada, semakin jelaslah bahwa salah satu tujuan nasional kita, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, masih sangat jauh dari harapan. Kampus yang katanya intitusi pendidikan dan laboratorium ilmu yang bisa menghasillkan intelektual kritis serta pencetak pemimpin, ternyata telah keluar dari esensi pendidikan sendiri.Hemat penulis, idealnya pendidikan haruslah sejalan dengan dengan cita-cita bangsadan semata-mata menghasilkan pekerja untuk kemajuan bangsa dan Negara agar sejalan dengan pancasila point lima yaiitu tercapai nya keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan sosial.
Penulis : Yudistira* (Ketua EK-LMND Pandeglang)