Kebangkitan Gerakan Massa Ditengah Liberalisasi Ugal-ugalan

Diberbagai belahan wilayah Indonesia  hingga yang paling peloksok sampai sekarang mengiblatkan arah pandangnya pada persoalan yang sedang terjadi terhadap bangsa ini. Di peloksok-peloksok desa yang sebagian mungkin belum mengenal technology dan tidak mampu menjangkau informasi secara massif dan berimbang adakalanya bertanya-tanya dan mungkin saja kebingungan sedang terjadi apa sesungguh nya di dalam bangsa ini. Sama sekali mereka tidak akan pernah mengira, dalam situasi di berbagai daerah dan kota-kota besar yang sedang melakukan perlawanan, bahwa suara yang diteriakan oleh elemen masyarakat termasuk di dalamnya Mahasiswa adalah soal masa depan dan kebaikan nasib seluruh masyarakat Indonesia yang nyaris kedaulatannya dirongrong habis sepenuh-penuhnya oleh Negara demi melayani kepentingan korporasi besar dan imperialisme.

Sebagai masyarakat yang hidup jauh dari keramaian hingar-bingar kota dan kemudahan akses informasi dan pengetahuan, tidak sama sekali menutup kemungkinan bahwa upaya yang sekarang dilakukan oleh rezim cukongnya imperialis membahayakan hidup mereka. Lazimnya, masyarakat di pedesaan dalam menyambung tali temali kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan cara bertani untuk memenuhi hasrat mimpi-mimpinya yang besar. Dari tetesan-tetesan keringat yang mengalir disekujur tubuh, lelahnya selalu terbayar ketika semua hal yang menyangkut kebutuhan hidupnya terpenuhi secara cukup, khususnya tentang biaya pendidikan. Di sumatera dan mungkin di sebagian wilayah lain, yang pertama-tama didahulukan oleh masyarakat disana adalah bagaimana caranya untuk setiap jejak langkah anak-anak mereka dalam proses pengembaraan mencari pengetahuan dan menempuh pendidikan formal di perantauan selalu cukup dalam pembiayaannya. 

Sebagian kita mungkin tidak akan pernah bisa merasakan kebahagian sederhana semacam itu yang dirasakan sang tani. Dan saat tanah sebagai sumber penghidupan mereka satu-satunya harus digusur oleh Negara untuk memenuhi hasrat kelas pemodal, cita-cita dan mimpi-mimpinya seketika mati, mungkin saja kita tidak akan pernah merasa iba dan tergetar hatinya. Di desa-desa, demikian terjadi adanya. Konflik agraria dan perampasan lahan serta permbakaran lahan secara membabi buta sedang marak terjadi dan kesemuanya selalu untuk kepentingan korporasi besar.

Itu baru dari urusan tanah. Sementara ini, Negara terus menerus menggerogoti kedaulatan hak hak rakyat tanpa berfikir bahwa ternyata rakyat juga bisa melakukan perlawanan dan merasa didzolimi oleh penguasa

Revisi undang-undang yang memperlemah Institusi Pemberantasan Korupsi dan undang-undang yang menghalang-halangi seretnya investor untuk masuk ke indonesia melahirkan letupan-letupan perlawanan di berbagai kota-kota besar Indonesia. Mahasiswa dan pelajar saling bergandengan tangan bak kakak dan adik yang riang gembira bisa bahu membahu melawan rezim cukong imperialis. Kita tahu kini Semua sektor di liberalisasi. Pendidikan, Pertanahan, Maritim, Buruh upah murah dan berbagai macam yang lain yang merugikan rakyat sehingga menyulut kemarahan setiap orang yang mendengarnya. Kini gerakan yang dilakukan pelajar dan mahasiswa sudah tidak henti-hentinya terus digelorakan meski mendapat tekanan dimana-mana. Ribuan orang ramai memadati kota-kota di berbagai wilayah untuk supaya pemerintah tidak mengesahkan undang-undang yang kapitalistik neoliberal. 

Apa jadinya kalau persoalan ini mampu masuk ke desa-desa terpencil seperti disebut dimuka dan mensosialisasikan kepada mereka, bahwa sebentar lagi tanah yang puluhan tahun mereka garap, seketika dirampas dengan cara represif oleh negara hanya karna tidak bersurat. Tentu saja letupan perlawanan tidak akan muncul hanya di kota-kota besar, di desa terpencil, setiap orang yang merasa dirugikan oleh kebijakan penguasa akan bangkit dan melawan tentunya.Liberalisasi ini merupakan hasil dari deal politik Jokowi-Amin dengan korporasi besar yang banyak menguras kantong untuk kemenangan mereka. Indonesia nyaris sepenuh-penuhnya menjadi negara kelas, dimana kelas yang mendominasi kekuasaan semua kebijakan yang dibuat semua untuk kepentingan kelasnya, yaitu kelas kapitalis Neo-liberal.

Dalam posisi ini, penghisapan atas seluruh rakyat akan terus terjadi dan sempurna tatkala sebagai kaum tertindas rakyat tidak melakukan perjuangan memenangkan kelasnya yang dalam kondisi sekarang terhimpit oligarky kekuasaan dan kepentingan pasar bebas. Sumber-sumber kekayaan yang terkandung di perut bumi yang paling potensial sedikit demi sedikit ludes dengan menyisihkan luka batin yang mendalam kepada rakyat yang dirampas lahannya dan hanya mampu menonton sambil isakan tangis menyelinang dimuka mereka. Batu bara punah, Minyak Tanah Punah, gunung-gunung punah. Hasrat Kapitalis Birokrat dan imperialisme yang tidak ada habis-habisnya hanya akan membawa Indonesia menjadi Negara dengan jumlah populasi yang meningkat namun miski.

Gerakan yang sudah meluas dengan radikal ini tentu harus banyak bercermin dari gerakan reformasi 98 yang oleh generasi sekarang dinilai tidak tuntas dan banyak dikritisi praktisi. Seperti penuturan dari beberapa pelaku sejarah 98 menyebutkan, bahwa Soeharto mundur sebagai strategi belaka agar gerakam massa yang kian hari meluas mampu diredam dan belok kanan pulang kembali ke kampusnya masing-masing. Pada dasarnya, tetap saja kebijakan ekonomi politik dan birokrasi tetap dikuasai oleh para cukong nya Orba. Sampai saat ini, sisa sisa orba masih bercokol di dalam kekuasaan dengan amat konservatifnya. Radikalisasi yang sudah meluas ini sudah seharusnya disusun secara matang untuk tidak hanya menuntut berbagai issu yang hanya serba menuntut, tetapi juga harus mampu mengambil alih kekuasaan. Toh pamflet yang tersebar dan coretan-coretan dinding serba bertuliskan kata kata "Revolusi". Artinya elemen elemen yang mengutaran aspirasi ingin bangsa ini mengalami perubahan secara fundamental. Kalaupun ragu, kita harus mampu menekan penguasa agar liberalisasi di semua sektor mampu dihancurkan dan sisa sisa orba digeser dari kekuasaan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url