Aku dan Tentang Sudut Pandang Mahasiswa Uniba

Universitas Bina Bangsa Serang Banten
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri dari atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas.

Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai negara mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara. Misalnya di Indonesia pada 1945-1965, yang merupakan fase awal gerakan mahasiswa yang memiliki corak masing masing dan mempresentasikan ideologi yang mereka bawa. Pada 1998, ratusan ribu mahasiswa berhasil mendesak presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya. Dan pada 1999-sekarang, yang dinamakan periode reformasi tidak pernah luput dari peranan mahasiswa.
Lalu akan seperti apakah sikap mahasiswa dalam memandang sistem negara? Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa sudah semestinya berpikir kritis dan bertindak secara konkret demi perubahan bangsa kearah yang jauh lebih baik. Kampus sebagai tempat berkegiatan para mahasiswa sudah lama diibaratkan sebagai miniatur negara, yang didalamnya terdapat sistem pemerintahannya masing masing. Layaknya DPM, BEM, UKM, maupum organisasi Eksternal kampus. sebagai pusat kegiatan bagi para mahasiswa untuk berorganisasi, yang secara tidak langsung telah menerapkan nilai nilai politik didalamnya yang berupa demokrasi.

Dunia kampus seharusnya merupakan pembebasan diri, pembentukan ideologi, untuk menjadi diri sendiri atau bahkan berkumpul dengan orang orang yang sepaham dan satu tujuan. Paham paham yang kemudian di idealkan ini akan turut mempengaruhi sebuah gerakan tidak terkecuali sosok yang diharapkan menjadi “pelopor” dilingkungan sekitar dalam menghadapi sistem negara yang mulai membisu dan menuli. Untuk menghadapi situasi yang seperti ini diharapkan mahasiswa untuk membuang sikap keapatisan terhadap ketimpangan sekecil apapun itu, di situasi yang seperti ini pula politik dan ideologi bangsa dan negara yang mengharuskan mahasiswa untuk turut ikut andil dalam pelaksanaan teknis ataupun nonteknis, sudah seharusnya  para mahasiwa kembali mempertanyakan idealisme bangsa dan negara.

Sebagai “Moral Force” yaitu sumber kekuatan moral ditengah lingkup masyarakat. Menghadapi gejolak sistem dan politik pemerintahan yang terkadang menekan hati nurani masyarakat sudah seharusnya mahasiswa dapat menjadi contoh dalam bersikap dan mengambil keputusan. Membantu masyarakat untuk memahami kepentingan dan mendapatkan hak yang sebagaimana mestinya, mampu dilakukan oleh mahasiswa dalam memberikan pendidikan ideologi bangsa dan politik yang manusiawi didalam lingkungan masyarakat.

Kemudian mahasiswa sebagai “pelopor” harus berani mengambil sikap dan bergerak secara cepat dalam merespon keadaan lingkungan. Selain memiliki hak yang sah untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mahasiswa juga berhak dalam menyuarakan pendapat yang pada umumnya juga dimiliki oleh seluruh warga negara. Think before action, mengenali dan mengetahui segala gejala gejala sosial untuk menemukan jalan keluar yang di sepakati bersama. Tentunya tidak mudah untuk tidak terpedaya oleh “drama politik” yang dimainkan dalam panggung demokrasi.

Namun sudahkah mahasiswa memiliki dasar dasar ideologi, pemahaman, faham politik dan sikap kiritis terhadap gejala gejala bangsa dan negara?
Universitas Bina Bangsa adalah salah satu miniatur negara yang hadir dalam lingkup khidupan mahasiswa didalamnya, dari berbagai kasus kasus yang timbul dalam setiap permasalahan, mahasiswa masih memiliki sikap keapatisan yang tinggi, yang tutup telinga walaupun mereka tau tentang persoalan yang terlihat, terasa, dan dekat dengan kehidupan sehari hari, bahkan di dalam proses belajar mengajar sekalipun. Namun pantaskah mahasiswa nyaman dan malah menari diatas keretakan jalinan sistem yang sudah mulai merapuh dan rantas ini? Faham politik yang minim terasa lekat dengan kehidupan kami. Tiarap tak peduli, sikap egois yang tinggi, dan buta indra adalah ketimpangan yang dijadikan kenyamanan oleh sebagian mahasiswa, sebagian yang aktif dalam lingkup organisasi, yang berideologi tinggi, yang faham tentang politik, dan yang memiliki sikap kritis terhadap negara malah dianggap hiperbola dalam menjalankan kebesarannya sebagai mahasiswa, lemah karna sedikitinya pengalaman dan kecilnya tingkat kepedulian membuat mahasiswa yang seperti ini mudah nyaman dengan sistem yang membuat mereka bobrok dalam berpikir.

Lantas sudahkah organisasi memberi wadah? Dimana peranan DPM, BEM, UKM, dan Organisasi Eksternsal?

Peranan organisasi yang semu akhirnya menciptakan keadaan yang minim akan menghasilkan kepribadian ideologis, tanggung jawab organisasi untuk mendorong lingkup mahasiswa sangat besar karna disinilah peran “pelopor” untuk mempelopori mahasiswa yang apatis, “pelopor yang mempelopori” yang mana pencapaian tersebut akhirnya akan menghadirkan lingkup yang lebih baik dan merata, imbas positifpun akan sangat terasa oleh masyarakat karna hadirnya masa mahasiswa yang kritis terhadap bangsa dan negara semakin membesar kepekaannya. Penyuluhan tentang faham Pancasila akhirnya merata, persoalan negara akhirnya sedikit demi sedikit mulai terjawab, ketimpangan sosial akhirnya menjadi seimbang, dan rakyat kembali berkuasa yang disahkan dalam hukum demokrasi. Terbentuknya kesadaran akan problema yang tak terlihat tetapi ada akan semakin terkuak karna ideologi yang berkembang maju melawan semua sisi kenegatifan yang melekat dalam lingkup mahasiswa dan masyarakat luas, yang akhirnya menjadikan bangsa yang hebat dan negara yang kuat.

“TAKAN ADA SUATU PERBEDAAN MELAINKAN UNTUK SATU KESATUAN YANG SEMPURNA”
                                                                                   

MENANGKAN PANCASILA TUMBUHKAN NILAI IDEOLOGI BANGSA

#REFORMASIDIKORUPSI.


Piyan. 13 november 2019                                                                                                         

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url