PENGARUH DIGITAL TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL ANAK USIA DINI

gedget tidak saja menjadi kebutuhan orang dewasa, tetapi anak kecil punya kecenderungan yang sama dengan orang dewasa

Eri Susianti, Siti Sukmariah, dan Lina Puspitasari
Prodi PIAUD FTK UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten


ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang pengaruh digital pada kekerasan seksual anak usia dini yang saat ini sedang marak terjadi. Bahkan di ungkapkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwan kekerasan seksual pada anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Maraknya pemberitaan yang menyebar di media sosial mengenai kekerasan seksual pada anak ini cukup membuat masyarakat resah. Dan kekerasan seksual ini pun masih menjadi fenomena gunung es. Karena kebanyakan yang menjadi korban adalah anak usia dini sehingga anak enggan melapor. Maka dari itu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan hal ini kepada masyarakat yang bertujuan untuk lebih berhati-hati dan tetap mengawasi perkembangan dan pergaulan anak, terutama saat anak sedang bermain gadget. Dengan adanya pengawasan anak akan lebih terpantau, karena pengaruh gadget akan menimbulkan dampak negatif pada anak, dalam jangka pendek anak akan mengalami kegelisahan, emosional tidak terkontrol, ketakutan yang berlebih terhadap orang lain, dan konsentrasi menurun yang mengakibatkan pada kesehatan anak. Dan dampak kekerasan seksual pada anak jangka panjangnya yaitu ketika dewasa anak akan mengalami trauma saat melakukan seks dan anak akan terbiasa melakukan kekerasan sebelum melakukan seks, kemudian setelah dewasa anak akan rentan menjadi pelaku.

Kata Kunci: anak usia dini, pengaruh digital, kekerasan seksual
 
DIGITAL EFFECTS ON
EARLY SEXUAL VIOLENCE OF CHILDREN
 
Eri Susianti, Siti Sukmariah, and Lina Puspitasari
PIAUD FTK UIN Study Program Sultan Maulana Hasanuddin Banten
erisusianti97@gmail.com; Sitisukmariah785@gmail.com; 
puspitasarilina36@gmail.com
 
ABSTRACT

This article discusses the digital influence on early childhood sexual violence that is currently rife. It was even revealed by the Indonesian Child Protection Commission (KPAI) that sexual violence against children had increased significantly from year to year. The rise of news that spread on social media about sexual violence against children is enough to make people uneasy. And sexual violence is still a phenomenon of the iceberg. Because most of the victims are early childhood, so children are reluctant to report. Therefore the Indonesian Child Protection Commission (KPAI) revealed this to the public which aims to be more careful and continue to oversee the development and association of children, especially when children are playing gadgets. With the supervision of children will be more monitored, because the influence of gadgets will cause a negative impact on children, in the short term the child will experience anxiety, emotionally out of control, excessive fear of others, and decreased concentration resulting in children's health. And the impact of sexual violence on children in the long term is when an adult child will experience trauma during sex and the child will be accustomed to violence before sex, then after adulthood children will be vulnerable to becoming perpetrators.


              Keywords: early childhood, digital influence, sexual violence
s


PENDAHULUAN

Anak Usia Dini adalah anak yang memiliki keunikan dan 6 aspek perkembangan diantaranya adalah aspek moral dan agama, aspek fisik motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek sosial emosional dan aspek seni.Secara umum menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 bahwa Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Namun, generasi muda khususnya pada anak usia dini sudah dipengaruhi oleh gadget, salah satu dampaknya adalah kekerasan seksual pada anak usia dini. Akibat dari pengaruh digital ini anak usia dini banyak yang menjadi pelaku maupun korban seksual di masyarakat.

Kekerasan seksual sudah sangat marak terjadi di masyarakat Indonesia, kebanyakan korban dalam kasus ini adalah anak -anak usia dini, dan mirisnya pelaku pelecehan seksual adalah orang-orang terdekat yang ada di sekitar korban., kurang lebih 30% adalah keluarga dari si anak dan paling sering saudara laki laki, ayah, paman, atau sepupu. 60% adalah kenalan lainnya seperti ‘teman’ dari keluarga, pengasuh, atau tetangga, orang asing adalah pelanggar sekitar 10% dalam kasus penyalahgunaan seksual anak. (Whealin: 2007).

Kekerasan seksual yang terjadi kebanyakan akibat dari kemajuan digital yang berkembang sangat pesat di kalangan masyarakat Indonesia. Dan tak jarang anak-anak sudah menggunakan media digital hingga kecanduan, karena mereka menganggap media digital lebih menyenangkan dibandingkan dengan permainan tradisional yang saat ini sudah mulai kurang peminatnya. Kemajuan digital adalah suatu yang tidak dapat kita pungkiri dalam kehidupan ini karena kemajuan digitalakan berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat baik yang positif maupun negatif, memberikan kemudahan pada manusia serta sebagai cara baru, dalam melakukan aktifitas manusia. (Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Margono: 2014;11)

Dampak dari teknologi digital dapat mempengaruhi gaya anak sekarang. Dimana anak sekarang adalah anak yang lahir di era digital atau disebut dengan digital native. Ciri-ciri dari anak digital native adalah sebagai berikut:
a. Mereka terbiasa mengerjakan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu.
b. Anak-anak juga menyukai pendekatan tidak linear dalam menyerap informasi dan internet          menyediakan kesempatan itu seluas luasnya.
c. Anak-anak juga suka penyajian informasi yang memang di desain murah dan diuser friendly.
d. Ditambah lagi tampilan internet yang menyenangkan (ada gambar, grafik, warna gerak, suara yang sangat berbeda dengan buku teks dan sumbe belajar yang konvesional)

Ciri-ciri anak kecanduan gadget menurut Suwardi (2006) antara lain:

  1. Fokus berkurang
  2. Menjadi lebih emosional
  3. Sulit mengambil keputusan
  4. Kematangan semu: terlihat fisik tetapi jiwanya belum matang
  5. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
  6. Tidak ada perubahan raut muka untuk mengekspresikan perasaan
  7. Daya juang rendah
  8.  Mudah terpengaruh
  9. Anti sosial dan sulit berhubungan dengan orang lain menjadi diri anak kurang peka terhadap keadaan lingkungan sekitarnya
  10. Mengurangi kemampuan dan kemauan untuk bersosialisasi secara langsung
  11. Melemahnya kemampuan merasakan sensasi di dunia nyata
  12. Tidak memahami nilai-nilai moral 
  13. Bersifat bebas dan tanpa kontrol terhadap pihak manapun 
  14. Menghadirkan hal-hal yang ponografi dan sadis
Dari ciri-ciri di atas dapat kita lihat bahwa gadget sangat memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak dan kesehatan anak. Karena dengan adanya gadget anak akan lupa makan bahkan nafsu makan berkurang, emosional nya tidak terkontrol dan prestasi akademik anak akan menurun karena anak memainkan gadget sehingga lupa akan waktu dan tugas-tugasnya. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting dalam membatasi pemberian gadget pada anak, memang susah jika anak sudah kecanduan gadget tetapi orang tua dapat memantau jika anak sedang asik memainkan gadget, namun sebelumnya berikan perjanjian antara si anak dan orang tua, sebelum anak memainkan gadget, contohnya anak boleh memainkan gadget dengan jangka waktu 1 jam, selanjutnya anak melakukan aktivitas yang lain contohnya bermain bersama orang tua di luar ruangan atau outdor.

PEMBAHASAN

Gadget merupakan alat komunikasi yang sengaja dirancang untuk memudahkan manusia dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Dengan gadget kita dapat dengan mudah mengakses informasi lebih cepat dan praktis. Seperti contohnya kita mengakses informasi dan mendaptkan informasi.Namun dengan perkembangan gadget yang sangat pesat dan modern ini, ada beberapa dampak positif dan negatif bagi penggunanya, apalagi anak usia dini pun sudah diperkenalkan dengan gadget. Manfaat bagi anak yang menjadi penikmat gadget yaitu paling tidak anak sudah familiar dengan perkembangan teknologi. Adapun beberapa vendor yang sudah membuat aplikasi game yang sangat bermanfaat bagi anak seperti game puzzle, game kata, dan game lainnya yang dapat mengasah kecerdasan dan kefokusan anak, dan dapat memberi keuntungan bagi orang tua yang sibuk beraktifitas karena anak akan lebih diam dan betah dirumah dengan memainkan gadget tersebut maka orang tua akan lebih leluasa untuk melakukan aktifitasnya.Bagi sebagian orang tuasengaja memberikan gadget untuk memonitor anak, agar anak tetap dalam pengawasan orang tua.namun dibalik kecangihan gadget ada pula sisi negatif yang berakibat patal untuk perkembngan anak, karena gadget tidak hanya mengakses fitur-fitur yang positif saja, jika anak dibiarkan begitu saja untuk memaikna gadget tanpa adanya pengawasan dari orang tua maka fitur-fitur yang tak seharusnya anak usia dini lihat, contonya seperti melihat fornografi, jika anak sudah melihat fitur-fitur seperti itu maka anak akan kecanduan untuk melihat lagi dan lagi.

Adapun salah satu dampak negatif yang sangat memprihatinkan yaitu kekerasan seksual pada anak, yang saat ini sedang marak terjadi di masyarakat Indonesia. Dan komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) Mencatat 25 kasus pada tahun 2016 dengan 35 korban, lalu meningkat pada tahun 2017 menjadi 81 kasus dengan 70 korban, dan puncaknya pada tahun 2018 menjadi 206 kasus dengan jumlah sebanyak 149 korban, samapi dengan bulan juni 2019 telah mencapai 78 permohonan terhadap kasus kekrasan seksual terhadap anak. (http://m.detik.com), dari hasil risetasi KPAI sementara,  setiap tahunnya mengalami penigkatan kekerasan seksual anak , ini memperhatikan betapa wajah Indonesia menjadi sorotan untuk lebih diperhatikan dari sisi pendidikan seksualnya, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang cara penggunaan gadget.

Secara spesifik aspek perkembangan anak yang dimaksud dalam STPPA memuat aspek nilai agama, moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni (peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No 137, 2014: pasal 7) memperhatikan dampak seksual anak sama dengan pentingnya memperhatikan kepentingan kognitif, sosial emotional atau perkembangan fisik motoriknya aspek perkembangan seksual belum dicantumkan secara jelas dan tegas. Padahal permasalahan seksual sudah menjadi isu nasional yang dibahas dalam berbagai forum media diwilayah Indonesia.

Adapun contoh kasus kekerasan seksual ini yang terjadi pada tanggal 19 Desember 2017, mengenai “Era Digital Picu Kasus Pornografi dan Kekerasan Seksual Anak”, komisioner bidang pornografi Cybercrime Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Margaret Aliatul Maimunah menghimbau masyarakat memperhatikan pemanfaatan media sosial di tanah air. Pasalnya, kasus-kasus pornografi dan kekerasan sosial pada anak di dunia maya menjadi masalah utama dan penyebab di era digital. Untuk pada orang tua, perlunya kontrol terhadap anak menjadi hal yang utama dalam memberikan berbagai pengetahuan terhadap dampak negatif dan positifnya internet.

Setelah diketahui, korban tindakan kriminal terhadap anak akibat mengakses media sosial mencapai ratusan bahkan ribuan anak. Anak Sekolah Dasar banyak yang mengalami kasus-kasus kekerasan. Sebagai contoh korban tawuran dan penyerbuan sekolah sudah pada level Sekolah Dasar yang disebabkan oleh cinta segitiga. Mengapa demikian ? karena anak-anak Sekolah Dasar sudah di jejeli SmartPhone yang bisa mengakses apapun, “ujar Margaret di kantor KPAI, Jakarta, Senin (18/12) untuk itu menurutnya literasi internet sehat kepada anak-anak sudah harus menjadi keharusan di era globalisasi yang perlu diikuti dengan kebijakan informatika yang ramah anak. Orang tua, sekolah dan pesantren meiliki peran penting dalam mengajak anak-anak untuk memanfaatkan teknologi dan internet sebagai bagian positif dalam kehidupan dan serta menghindari hal-hal yang negatif yang ada pada internet.

Namun, hulu dari semua masalah adalah pola pengasuhan orang tua. Wakil ketua KPAI, Rita Pranawati, mengatakan tingginya tingat perceraian yang mencapai 19,9% pada 2016 menyebabkan konflik orang tua yang berdampak pada anak yang cukup tinggi. Menurutnya, perlu pembinaan orang tua dalam pengasuhan anak agar terhindar dari kasus-kasus kekerasan terhadap anak. Karena, banyak anak yang kurang pembinaan dari orang tua nya sendiri sehingga timbul kasus-kasus yang tidak diinginkan terhadap anak. Republik.co.id

Selain kasus di atas, adapun kasus-kasus kekerasan seksual lainnya yang terjadi akibat perkembangan gadget yang bermula pada game online, yaitu Mobile Legend yang sedang buming dikalangan masyarakat, terutama pada anak remaja maupun anak usia dini yang belum dapat mencerna mana yang baik dan mana tidak baik. Seperti yang terjadi pada tanggal 24 Agustus 2019, tentang “Kecanduan Mobile Legends, Bocah Datangi Rumah Janda Muda dan Lakukan Perzinahan”gegara kecanduan mobile legend, seorang bocah datangi rumah janda muda dan lakukan praktik perzinahan. Sedang viral perzinahan atau persetubuhan seorang janda dengan anak dibawah umur akibat kecanduan game mobile legend. Game android dan Ios online mobile legend memang sedang ramai dimainkan pencinta game. Selain asik memainkannya secara online dan bersama-sama dengan teman, ternyata game ini tetap menyebabkan pengaruh buruk bagi penggunanya. Tentu tidak untuk semua ppengguna melainkan beberapa saja yang terpengaruh efek buruk dari game online ini. “Tribun-timur.com

Dari kejadian-kejadian tersebut, maka dapat kita lihat pengaruh negatif yang ditimbulkan dari digital jika anak kurang pengawasan dari orang tua, yang akibatnya sangat fatal dan dapat memberikan efek traumatic pada anak yang berkepanjangan dan anak akan kecanduan gadget terutama pada game online.
Di dalam Al-Qur’an di jelakan bahwa dalam surah Al- Isra ayat 32 Allah SWT berfirman  :
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ  إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَسَبِيلًا

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zinah sesungguhnya zinah itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Dampak Kejahatan Seksual Bagi Perkembangan Anak

Menurut Sitohang (2004) dalam jangka pendek untuk anak yang mengalami kejahatan seksual maka akan mengalami kegelisahan dan ketakutan yang berlebih terhadap orang lain, dan konsetrasi anak pun mulai menurun dan akibatnya berpengaruh terhadap kesehatannya. Sedangkan untuk jangka panjangnya anak akan mengalami trauma pada hubungan seks. Bahkan dampaknya bisa lebih parah, karena anak terbiasa dengan kekerasan sebelum berhubungan seksual. Setelah dewasa, bisa juga anak mengikuti apa yang dilihat dan dilakukannya saat ia kecil serta anak bisa mengalami depresi, stres pasca trauma, kegelisahan, dan anak rentan menjadi pelaku maupun korban saat ia dewasa.

Jika kejahatan seksual terjadi pada anak yang masih kecil mempunyai pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan gejala fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dan lain-lain. Dampak lain yang dapat terjadi adalah anak berbohong, ketakutan, kurang dapat mengenal cinta atau kasih sayang, sulit percaya dengan orang lain; Harga diri anak rendah dan menunjukkan perilaku yang tidak baik; Mengalami gangguan dalam perkembangan psikologis dan interaksi sosial; Pada anak yang lebih besar anak melakukan kekerasan pada temannya dan anak yang lebih kecil; Kesulitan untuk membina hubungan dengan orang lain; Kecemasan, depresi anak mengalami sakit fisik dan bermasalah di sekolah, Harga diri anak rendah; penyimpangan mengenai pandangan terhadap seks; Gangguan personality; Kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain dalam hal seksualitas; mempunyai kecedrungan untuk prostitusi; dan Mengalami masalah yang serius pada usia dewasa.

Adapun dampak kekerasan seksual pada fisik anak yaitu, (1) anak cenderung mengantuk; (2) wajah terlihat pucat; (3) badan terlihat lemas/lesu; dan (4) kesehatan anak menurun. Kemudian dampak yang terjadi bagi emosi anak adalah, (1) anak mudah sekali tersinggung; (2) anak merasa takut dimana pun dan dengan siapapun; (3) anak merasa dirinya rendah; dan (4) anak akan selalu merasa bersalah. Dampak selanjutnya yaitu bagi hubungan anak, (1) anak akan malas berinteraksi; dan (2) anak akan sulit untuk mempercayai orang lain. Adapun kebiasaan yang timbul akibat dampak kekerasan seksual ini yaitu, (1) kebiasaan baik anak akan berubah, seperti contohnya anak tidak mau makan bersama keluarga di meja makan, karena anak merasa takut; dan (2) anak tidak bisa memanagemen waktunya. Kemudian dampak bagi masa depannya, yaitu, (1) anak tidak lagi mempunyai cita-cita dalam hidupnya; (2) mengalami traumatic; (3) anak rentan menjadi pelaku; dan (4) anak mengalami kelainan seksual.

Solusi Pengaruh Digital Terhadap Kekerasan Seksual Anak Usia Dini

Pada masa kanak-kanak adalah dimana anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat yang harus selalu dalam pengawasan dan perlindungan anak. Karena setiap anak berhak mendapat perlindungan tanpa membeda-bedakan dan memihak pada suatu golongan atau sekelompok anak. Maka dari itu orang tua harus memberikan pengawasan dan perlindungan secara utuh, menyeluruh dan komprehensif. Upaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan anak, namun tetap menghargai pendapatnya dan mengingat akan haknya untuk hidup dan berkembang. Orang tua pun dapat memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak bagian tubuh mana yang dapat dilihat dan disentuh oleh orang lain yang bukan mukhrimnya.

Anak pun harus mendapatkan pendidikan seks yang dimulai sejak dini dan tahapannya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini menghindari jika anak dewasa, ia tidak akan mencari penjelasan tentang seksual dari lingkungan sekitar yang bisa saja menyesatkan anak. Kemudian ciptakan komunikasi antara anak dan orang tua yang terbuka agar dapat mendiskusikan beberapa hal, seperti, (1) sopan santun dalam bersikap atau akan mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain; (2) managemen waktu belajar anak dalam satu hari; (3) batasan waktu untuk anak bermain ataupun keluar malam; (4) pemahaman tentang batasan ruangan antara anak dan orang tua; dan (5) tayangan televisi yang dapat ditonton sesuai dengan usia anak. (Alya, 2010:35-36)

Pendidikan seks juga penting diberikan lewat keluarga untuk kesehatan reproduksi anak. Dari dinipun anak harus sudah diajarkan bagaimana cara menjaga dirinya sendiri.

Sudah jelas bahwa di dalam Al-Qur’an pun dijelaskan dalam surah An-Nur ayat :31, Allah SWT berfirman :

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “dan katakanlah kepada wanita beriman hendaklah mereka menahan pandangannya. Dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka meanmpakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Da hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah meletakan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-pitra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra saudara perempuan merempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki, yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan mereka. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasannya yag mereka sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.An-Nur: 31).”

Berikan prinsip penting pada anak bahwa kita tidak boleh mudah percaya dengan orang yang baru dikenal bahkan dengan orang yang sudah dikenal dekat sekalipun harus tetap mawas diri. Bukan berarti orang tua mengajarkan untuk mudah curiga dengan orang lain, tetapi sikap mawas diri yang ditanamkan sejak dini akan berguna untuk pembentukan sikap mandiri dan teguh akan pendiriannya.

Menanamkan nilai-nilai agama yang kuat pada anak pun akan mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama pada karakter anak ketika dewasa nanti anak akan memiliki bekal yang kuat agar tidak mudah terjerumus dalam pergaulan seks bebas. Pentingnya nilai agama sebagai dasar pemahaman agar anak dapat menjaga diri dengan baik. Dan memberikan pemahaman pada anak, hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan menurut norma agama yang ada.

Sebaiknya, orang tua pun harus melakukan pendekatan dan menjaga komunikasi yang baik pada anak. Orang tua harus melibatkan anak saat akan merencanakan, membuat keputusan dan memecahkan masalah pada anak, namun masalah yang kita libatkan pada anak harus sesuai pula dengan tingkatan usia dan perkembangannya. Anak harus diberikan pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perkembangan dunia digital. Paling penting orang tua dapat meluangkan waktu bersama keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. orang tua tidak boleh lengah akan kegiatan anak, seperti (1) mendampingi anak ketika anak sedang mengalami kesulitan; (2) berkomunikasi dengan baik dan melakukan diskusi maupun berdialog dengan anggota keluarga; (3) harus lebih sering mengingatkan anak agar tetap waspada terhadap kekerasa seksual saat anak sedang sendiri; (4) tetap menjalin hubungan hangat dan erat dengan keluarga; (5) berdiskusi dan mengajarkan nila-nilai agama dan norma sosial; (6) dan orang tua harus mengenal teman-teman dan orang-orang yang ada disekitar anak.

Menurut Gosita (1996), yang telah mengemukakan dengan tepat bahwa “melindungi anak pada hakekatnya melindungi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara di masa depan”. Dengan demikian, penanganan kekerasan seksual pada anak, perlu adanya sinergi antara keluarga, masyarakat dan negara. Jika tidak adanya perlindugan maka masa depan anak akan hancur begitu saja bukan hanya dilingkungan kelurga saja namun itu berpengaru pula pada bangsa negara kita, karena anak merupakan salah satu penerus generasi bngsa. Oleh karena itu diadakanya hak-hak perlindungan anak usia dini yang mengacu pada UU Nomor 23 2002 perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan hrkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.



Adapun cara untuk mengatasi anak yang kecanduan gadget, yaitu:
Membatasi penggunaan gadget pada anak
Batasi anak menggunakan gadget sesuai dengan kelompok usianya yaitu sebagai berikut :
  • Anak-anak yang usianya dibawah 2 tahun sebaiknya tidak dibiarkan untuk bermain gadget sendirian tanpa pengawasan.
  • Anak-anak yang usia   `nya 2 sampai 4 tahun boleh memainkan gadget dengan waktu kurang dari satu jam
  • Untuk anak yang usianya 5 tahun ke atas, sebaiknya tidak boleh memainkan gadget lebih dari dua jam dalam sehari diluar kebutuhan belajarnya.
  • Sebaiknya anak diberikan jadwal yang tepat saat memainkan gadget. Untuk mengurangi waktu memainkan gadget orang tua harus memberikan atau menyiapkan kegiatan alternatif lainnya untuk mengalihkan anak agar tidak bosan dan tidak selalu memainkan gadget,
  • Jangan biarkan anak mengakses penuh perangkat Mobile, dan biasakan anak meminta izin terlebih dahulu jika akan menggunakannya, lalu ambil kembali gadget yang dimainkan anak ketika sudah melewati batas waktu penggunaan nya.
  • Buat peraturan wilayah-wilayah mana saja yang tidak boleh memainkan gadget ditempat-tempat tertentu, seperti di kamar tidur, ruang belajar dan di mobil,
  • Berikan pujian pada anak ketika anak berhasil untuk menahan dirinya agar tidak selalu memainkan gadget sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat dan disepakati bersama.
  • Berikan contoh yang baik kepada anak. Karena hal ini sudah menjadi pengetahuan yang cukup umum bahwa anak akan meniru semua yang orang tuanya lakukan, bahkan yang ia lihat di lingkungan sekitar. Maka dari itu orang tua harus dapat memberikan contoh yang baik kepada anak, dan letakkan handphone kemudian bermainlah dengan anak.


KESIMPULAN

Di zaman era globalisasi ini, digital di Indonesia bahkan dunia sangat pesat perkembangannya. Digital yang merupakan alat komunikasi yang membantu manusia untuk memudahkan dalam berkomunikasi dan banyak memberikan manfaat bagi penggunanya juga dapat memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Seperti yang kita ketahui bahwa sudah menjadi rahasia umum gadget digunakan dari berbagai kalangan dan usia, bukan hanya orang dewasa tetapi anak usia dini pun sudah diperkenalkan dengan gadget. Saat ini anak usia dini banyak sekali yang sudah menggunakan gadget baik untuk keperluan belajar atau hanya untuk sekedar bermain. Meskipun gadget banyak memberikan manfaat bagi anak lewat game online yang bisa membantu memberikan wawasan luas, baik untuk mengasah kecerdasan anak maupun kefokusan pada anak. Tapi di balik itu semua fenomena ini berdampak negatif yang sangat memprihatinkan bagi orang tua dan menghawatirkan bagi generasi muda di masyarakat modern ini. Anak-anak yang kurang pengawasan dalam memainkan gadget sangat berpotensi tinggi untuk menyalahgunakan gadget. Dengan gadget anak-anak rentan sekali menjadi pelaku maupun korban kekerasan seksual karena tingkat ketergantungan mereka pada gadget yang sangat tinggi. Sementara itu kemampuan untuk  melindungi diri sendiri masih terbatas, bahkan belum dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Penyebab terjadinya kasus kekerasan seksual pada anak salah satunya memang terjadi akibat gadget, ini terbukti dari pernyataan pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)            yang semakin tahun kasus kekerasan pada anak yang ditimbulkan dari gadget ini selalu mengalami peningkatan.

Hal ini harus lebih diperhatikan oleh orang tua, masyarakat maupun negara, karena dampaknya dapat di rasakan anak seumur hidup. Selain memang anak wajib mendapat perlindungan, juga karena masa depan suatu daerah atau negara yang berkembang ada ditangan anak-anak. Kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja dan kapanpun, baik dari anggota keluarga, pihak sekolah, maupun orang lain. Maka dari itu tidak ada salahnya anak dibekali pengetahuan seks sejak dini agar anak paham dan tidak mencari tau dari orang lain yang bisa saja menjerumuskan anak.

Jika melihat dampak negatif yang timbul dari kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak yang menjadi pelaku maupun korban, maka untuk penanganan hal ini sangat penting peran aktif dari individu, masyarakat, pemerintah dan yang utama adalah dari orang tua anak. Perlu adanya pengawasan yang lebih ekstra dan pendekatan orang tua pada anak bahkan adanya penanganan bagi anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Dari hal ini perlu adanya pengetahuan orang tua bagaimana cara menangani anak yang menjadi korban seksual dan mencegah adanya kecanduan gadget pada anak dan adanya kekerasan seksual yang dilakukan anak-anak yang bisa saja menjadi pelaku maupun korban,


DAFTAR PUSTAKA
Alya, A. 2010. Ibu darimana aku lahir. Yogyakarta: Pustaka Graha Tama.
Gosita, Arif. 1989. Masalah perlindungan anak. Jakarta: Akademik Presindo.http://m.detik.com.
Kumorotomo. Wahyudi dan Subando Agus Margono. 2004.Siistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada Univeristy Perss.
Republik.co.id.
Suwardi. 2006. Psikolog perkembangan pada remaja. Bandung: Raja Grapindo persada.
Terry and Belkin. 1989. Child Psycology. Newyork: McGraw-Hills.
Tribun-timur.com.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional.

untuk memudahkan membaca silahkan Download





Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url