Perempuan Dalam kancah Politik

aksi bersama mahasiswa Uin Banten

Kemunculan perempuan dalam percaturan politik merupakan diskurus yang tidak pernah habis dikupas, dari masa kemasa bahwa keterlibatan perempuan sering memicu atmosvir politik dalam suatu negara. Eksistensi perempuan atas proses perekembangan dialektik  yang panjang mulai  tergeser dan semakin terlihat terang, artikel ini akan coba megungkap  perempuan dalam arena politik dan kendala-kendala kepemimpinan perempuan.
Kepemimpinan perempuan dalam sejarah sangat penting untuk diungkap namun dalam pada diskurusus artikel ini hanya tokoh-tokoh perempuan tertentu yang akan dituangkan, berangkat dari kepeimpinan perempuan tentu lahir dari tokoh besar seperti Benazir Bhutto perdana mentri Pakistan sekaligus keturunan dari Ali Bhutto. selain dipakistan di Indonesiapun eksistensi politik perempuan terlihat dari Megawati Soekarno Putri anak dari Presiden Pertama di Indonesia IR Soekarno. Dari deretan nama tersebut tidak bisa kita lepaskan bahwa kemudian peran ataupun sosok sang ayah sangat sentral.

Benzir Bhutto dalam percaturan politik di paskitan berhasil menempatkan dirinya sebagai perdana mentri terpilih 2 periode dengan kendaraan Partai Rakyat Pakistan, periode pertama berlangsung dari Desember 1998 hingga Agustus 1990, periode kedua Oktober 1993 hingga November 1996. Kontestasi politik yang menyeret nama Bhutto sebagai pemenang tentu tidak terbilang lancar, persaingan yang tendensi mereduksi dinasti bhutto merupakan catatan kelam Pakistan. Perdana mentri perempuan pertama justru diakhir hayatnya mati secara tragis. Benazir yang hendak melanjutkana massa kepemimpinan ketiga kalinya menjadi korban serangan bom bunuh diri pada 27 Desember 2007 lalu, yang menjadi cermianan bukan soal kematiannya tetapi kepemimpinan dan keberanian yang pernah didedikasikan untuk Pakistan. 

Eksistensi Bhutto dalam lingkaran politik menggeser dan mengubur kultur kaum konservatif dinegaranya. Tentu hal ini menimbulkan gelombang politik yang panas. Namun berangkat dari pendidikan dan pengetahuan Bhutto berhasil meyakinkan bahwa perempuan dan laki-laki dihadapan tuhan berkedudukan sama dan dalam politik bukan soal perempuan melawan laki-laki tetapi diktator melawan demokrasi. Kemudian dalam pandangan politik Benzir Bhutto demikian pernah menumbangkan ibunya sendiri, singkat dari kepemimpinan bhutto bahwa perempuan dalam lapangan politik sama dengan laki-laki, seruan inilah yang menjadi intisari politik perempuan.
Kemudian hal yang serupa terjadi di Indonesia berangkat dari sosok Megawati Soekarnoputri, soal sudut pandang politiknya tentu peranan utama adalah Soekarno yang menjadi bapak sekaligus guru. Megawati pernah memimpin bangsa indonesia dengan Kendaraan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dan di partainya sendiri Megawati sebagai sosok tunggal kepemimpinan perempuan. Dalam politik tentu yang menjadi intrumen penting adalah pengetahuan sehingga bisa menganalisa  situasi kelas sosial masyarakat.
Dalam teori sosilaisasi politik dinyatakan keluarga dan orang tua adalah penentu utama anak untuk terlibat dalamkehidupan politik seiring perkembangan hidup seseorang, peranan kelompok sepergaulan semakin menentukan sikapnya dimasa mendatang persoalannya ddalah tergantung kelompok mana yang yang dominan mempengaruhi orang tersebut.

Kendala kepemimpinan perempuan dalam jembatan kekuasan seringklai dipasung dalam persepektif Teologis, argumen yang dibangun dalam politik bermuara pada ayat dan dalil yang tidak berlandaskan logis, narasi yang memicu interpretasi soal ayat tentu dipakai sebagai bentuk untuk menggeser perempuan dalam politik. Padahal agama manapun tidak pernah membatasi kepemiminan perempuan. Dalam Islam sendiri Pemimpin perempuan dipegang oleh “Ratu Balqis” sebagai pemimpin yang arif da bijaksana. Selain itu persoalan budaya patriarki yang higga hari ini masih melembaga dalam masyarakat, seringkali perempuan di pasung sebagai pelengkap dan laki-laki adalah sebagai manusia utama dalam segala aspek. Nilai-nilai ini dalam kultur masyarakat tendensi mengkerdilkan eksistensi perempuan dalam politk, hal yang memang  menarik sudah lumrah terjadi adalah narasi agama yang hendak disembunyikan dalam argumentasinya sebagai bentuk kepentingan sepihak.oleh karena itu tidak heran agama seringkali dijadikan komoditas bagi kepentigan segolongan manusia.

Mengamati perkembangan politik perempuan saat ini sudah nampak kesetaraan. Artinya perempuan diberi ruang luas dalam lapangan politik, bahkan melalui proses yang panjang melalui demkorasi secara nasional perempuan diberi ruang 30 persen untuk mengisi  pemerintahan. Atas dasar kesadaran kolektif penetrasi dari mobilisasi partisipasi perempuan sebagai marwah  kesetaraan dan kebebasan dalam lapangan politik, walau demikian secara kuantitas perempuan belum memenuhi 30 persen tapi upaya untuk meningkatkan kualitas politik akan terus menjadi iklim politk yang mewarnai bangsa kita.



Penulis: M Jejen

      
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url