Kesejahteraan Sosial Tanpa Persatuan Nasional Adalah Omong Kosong
Persatuan merupakan hal yang terpenting dalam menjalankan sebuah programatik atau cita-cita besar yang ingin diwujudkan ditengah hegemoni kapitalisme yang semakin tidak bisa dikanalisasi. Namun praktiknya, untuk mencapai titik itu tidaklah mudah meski dampak dari tidak adanya persatuan itu telah berungkali meluluh lantahkan sebuah cita-cita yang sedang diperjuangkan. Di era Bung Karno, betapapun kampanye persatuan gencar dilakukan dengan upaya-upaya kongkret yang pernah dilakukan. Salah satunya dengan konsepsi NASAKOM.
Pada dasarnya konsep NASAKOM lahir untuk memperjuangkan cita-cita besar yang sudah dirumuskan sekaligus untuk meredam konflik antar Sipil (dalam hal ini terutama golongan sayap kiri yang pro RRT) dan Militer (Angkatan Darat yang pro AS) yang berseteru ditengah situasi internasional sedang berlangsung Perang Dingin antara blok Timur dan Barat. Namun upaya yang diambil meski antar keduanya telah disatukan dalam kabinet tidak mampu meredam konflik itu. Puncak dari konflik yang tidak berkesudahan itu adalah peristiwa G30S yang disusul dengan genosida yang paling mengerikan dalam sejarah bangsa Indonesia.
"Keadilan Sosial Tanpa Persatuan Hanyalah Omong Kosong" memang betul adanya. Dalam sebuah organisasi yang cakupannya lebih kecil seperti dalam Organisasi Kemahasiswaan khususnya yang Eksternal untuk mencapai tujuan yang digagas bersama dengan ideologi mantap yang diletakan kadangkala hanya menjadi sebuah narasi indah yang melambai-lambai diatas awan tanpa ada perjuangan untuk mencapainya, padahal diskusi tentang berbagai teori-teori revolusioner tentang "Hukum Dialektika" Marx misalnya tidak pernah jemu-jemunya untuk diulas dan dijadikan pembahasan vital.
Menggelitik memang ditengah kita selalu bicara tentang teori-teori revolusioner tapi acapkali konservatif dalam berfikir. Agaknya memang prilaku demikian sengaja dilakukan untuk menjaga kepentingan yang diam-diam sedang diperjuangkan diluar kesepakatan kolektif, namun disisi lain salah karena proses pembekalannya dengan pembekalan teori-teori revolusioner.
Sebagai kaum muda, tidak ada warisan yang berharga untuk kita rawat selain sikap untuk tidak pernah putus asa ditengah bangsa dilingkupi kabut hitam yang menutup setiap langkah manusia untuk melakukan kebaikan. Karena "Kejahatan Akan Menang Jika Orang Benar __Merasa Benar__ Tidak Melakukan Apa-Apa" (Jendral Soedirman), meski kejahatan sendiri merupakan keniscayaan yang tidak akan pernah hilang dari muka bumi yang sengaja diciptakan untuk menjadi penyeimbang kehidupan manusia di muka bumi ini.
Bangsa kita dalam keadaan sekarang tersungkur nyaris tak memiliki kepribadian. Ini problem dasarnya. Alasan utama yang melandasinya adalah karena pemimpin Negara enggan berpegang teguh pada "Bintang Arah" yang betul-betul ingin membawa rakyatnya keluar dari kemiskinan dan penghisapan. Malahan pemimpin-pemimpin negara ini lebih menyukai rumus-rumus asing sekaligus bersekutu ikut serta didalamnya untuk sama-sama menindas rakyatnya sendiri. Siapa yang berkewajiban meluruskan ulang dan memperjuangkan kembali cita-cita besar itu?
Yang berkewajiban untuk meneruskan cita-cita itu adalah siapapun dia yang kesadarannya tergugah meski hanya segelintir orang yang berceceran. Tidak sebatas disitu, kesadaran baru pun harus menyusul dengan kesadaran-kesadaran baru yang lain yang amat perlu, yaitu kesadaran untuk BERSATU dengan yang lain yang telah telah lebih dulu menggenggam kesaran itu. Tanpa persatuan itu, kita tidak akan pernah bisa banyak berbuat atau bahkan putus asa kemudian tergerus dan ikut terbawa arus dengan bungkusan-bungkusan yang baik padahal tidak.
Konsensus yang diambil dalam bernegara menjadikan Demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Dan Partai Politik sebagai perangkat demokrasi yang menaungi aspirasi seluruh rakyat adalah keniscayaan yang harus dipersiapkan untuk membawa aspirasi itu untuk membawa mereka dari belenggu-belenggu yang menyengsarakan ditengah partai-partai yang ada tidak lagi bisa dipercaya membawa aspirasi rakyat yang pernah diharapkan dan dicita-citakan.
Mengapa kita masih harus percaya dengan Partai Politik?
Konstalasi politik borjuasi pada Pemilu april tahun lalu setidaknya bisa menjadi rujukan mengapa kita harus menggunakan partai politik sebagai alat perjuangan. Dalam masa masa itu pula kita bisa saksikan kecenderungan dan partisipasi rakyat meningkat begitu signifikannya. Dari kecenderungan tersebut kita bisa simpulkan bahwa harapan-harapan besar rakyat selama ini masih digantungkan terhadap partai politik meski tak jarang partai politik kadangkala mengecewakan.
Ruang yang disediakan untuk melakukan perubahan sebetulnya lewat Pemilu __Katanya jalur Demokratis__ bukanlah jalan satu-satunya yang bisa dilakukan. Ada banyak macam metode yang dalam perkembangannya bisa kita saksikan di berbagai belahan dunia dalam merubah struktur kenegaraan secara mendasar seperti dengan angkat senjata, gerakan ekstra parlemen secara luas , perang terbuka dan lain lain. Tetapi akan menjadi problem jika gerakan-gerakan radikal itu tanpa mendapat dukungan penuh dari mayoritas rakyat. Namun pada hakikatnya setiap orang atau kelompok punya caranya masing masing yang kita mesti hargai setiap langkah yang mereka tempuh.
Demikianlah gambaran umum tentang situasi sekarang. Untuk mewujudkan cita-cita besar atau bahkan dalam bahasa Bung Karno menyelesaikan "Revolusi yang Belum Selesai" gerakan gerakan massa khususnya gerakan mahasiswa akan sulit menjalankan misi itu tanpa memiliki perspektif berpartai sekalipun memiliki kesadaran tentang situasi saat ini. Memiliki kesadaran untuk berpartai namun ikut dengan yang sudah juga akan menyulitkan kita sendiri ditengah partai-partai yang ada sekarang menjalankan praktek-praktek oligarky yang tidak demokratis.
Setidaknya kita bisa beropini tentang hal ini, betapa banyak pejuang-pejuang muda yang berjibaku memilih keluar meninggalkan kampus-kampus mereka, memiliki bermacam konsepsi yang visioner dan vokal melawan berbagai macam tindakan pemerintah yang anti terharap rakyat, ketika memilih berhenti melakukan perjuangan ekstra parlemen itu dan memilih jalan-jalan yang demokratis dengan masuk partai politik, gagasan gagasan besarnya hilang dari peredaran massa rakyat meski ada banyak diantara mereka memilih untuk meninggalkan sama sekali dunia dunia itu untuk mencari jalan lain yang lebih bermoral.
Pada dasarnya konsep NASAKOM lahir untuk memperjuangkan cita-cita besar yang sudah dirumuskan sekaligus untuk meredam konflik antar Sipil (dalam hal ini terutama golongan sayap kiri yang pro RRT) dan Militer (Angkatan Darat yang pro AS) yang berseteru ditengah situasi internasional sedang berlangsung Perang Dingin antara blok Timur dan Barat. Namun upaya yang diambil meski antar keduanya telah disatukan dalam kabinet tidak mampu meredam konflik itu. Puncak dari konflik yang tidak berkesudahan itu adalah peristiwa G30S yang disusul dengan genosida yang paling mengerikan dalam sejarah bangsa Indonesia.
"Keadilan Sosial Tanpa Persatuan Hanyalah Omong Kosong" memang betul adanya. Dalam sebuah organisasi yang cakupannya lebih kecil seperti dalam Organisasi Kemahasiswaan khususnya yang Eksternal untuk mencapai tujuan yang digagas bersama dengan ideologi mantap yang diletakan kadangkala hanya menjadi sebuah narasi indah yang melambai-lambai diatas awan tanpa ada perjuangan untuk mencapainya, padahal diskusi tentang berbagai teori-teori revolusioner tentang "Hukum Dialektika" Marx misalnya tidak pernah jemu-jemunya untuk diulas dan dijadikan pembahasan vital.
Menggelitik memang ditengah kita selalu bicara tentang teori-teori revolusioner tapi acapkali konservatif dalam berfikir. Agaknya memang prilaku demikian sengaja dilakukan untuk menjaga kepentingan yang diam-diam sedang diperjuangkan diluar kesepakatan kolektif, namun disisi lain salah karena proses pembekalannya dengan pembekalan teori-teori revolusioner.
Sebagai kaum muda, tidak ada warisan yang berharga untuk kita rawat selain sikap untuk tidak pernah putus asa ditengah bangsa dilingkupi kabut hitam yang menutup setiap langkah manusia untuk melakukan kebaikan. Karena "Kejahatan Akan Menang Jika Orang Benar __Merasa Benar__ Tidak Melakukan Apa-Apa" (Jendral Soedirman), meski kejahatan sendiri merupakan keniscayaan yang tidak akan pernah hilang dari muka bumi yang sengaja diciptakan untuk menjadi penyeimbang kehidupan manusia di muka bumi ini.
Bangsa kita dalam keadaan sekarang tersungkur nyaris tak memiliki kepribadian. Ini problem dasarnya. Alasan utama yang melandasinya adalah karena pemimpin Negara enggan berpegang teguh pada "Bintang Arah" yang betul-betul ingin membawa rakyatnya keluar dari kemiskinan dan penghisapan. Malahan pemimpin-pemimpin negara ini lebih menyukai rumus-rumus asing sekaligus bersekutu ikut serta didalamnya untuk sama-sama menindas rakyatnya sendiri. Siapa yang berkewajiban meluruskan ulang dan memperjuangkan kembali cita-cita besar itu?
Yang berkewajiban untuk meneruskan cita-cita itu adalah siapapun dia yang kesadarannya tergugah meski hanya segelintir orang yang berceceran. Tidak sebatas disitu, kesadaran baru pun harus menyusul dengan kesadaran-kesadaran baru yang lain yang amat perlu, yaitu kesadaran untuk BERSATU dengan yang lain yang telah telah lebih dulu menggenggam kesaran itu. Tanpa persatuan itu, kita tidak akan pernah bisa banyak berbuat atau bahkan putus asa kemudian tergerus dan ikut terbawa arus dengan bungkusan-bungkusan yang baik padahal tidak.
Konsensus yang diambil dalam bernegara menjadikan Demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Dan Partai Politik sebagai perangkat demokrasi yang menaungi aspirasi seluruh rakyat adalah keniscayaan yang harus dipersiapkan untuk membawa aspirasi itu untuk membawa mereka dari belenggu-belenggu yang menyengsarakan ditengah partai-partai yang ada tidak lagi bisa dipercaya membawa aspirasi rakyat yang pernah diharapkan dan dicita-citakan.
Mengapa kita masih harus percaya dengan Partai Politik?
Konstalasi politik borjuasi pada Pemilu april tahun lalu setidaknya bisa menjadi rujukan mengapa kita harus menggunakan partai politik sebagai alat perjuangan. Dalam masa masa itu pula kita bisa saksikan kecenderungan dan partisipasi rakyat meningkat begitu signifikannya. Dari kecenderungan tersebut kita bisa simpulkan bahwa harapan-harapan besar rakyat selama ini masih digantungkan terhadap partai politik meski tak jarang partai politik kadangkala mengecewakan.
Ruang yang disediakan untuk melakukan perubahan sebetulnya lewat Pemilu __Katanya jalur Demokratis__ bukanlah jalan satu-satunya yang bisa dilakukan. Ada banyak macam metode yang dalam perkembangannya bisa kita saksikan di berbagai belahan dunia dalam merubah struktur kenegaraan secara mendasar seperti dengan angkat senjata, gerakan ekstra parlemen secara luas , perang terbuka dan lain lain. Tetapi akan menjadi problem jika gerakan-gerakan radikal itu tanpa mendapat dukungan penuh dari mayoritas rakyat. Namun pada hakikatnya setiap orang atau kelompok punya caranya masing masing yang kita mesti hargai setiap langkah yang mereka tempuh.
Demikianlah gambaran umum tentang situasi sekarang. Untuk mewujudkan cita-cita besar atau bahkan dalam bahasa Bung Karno menyelesaikan "Revolusi yang Belum Selesai" gerakan gerakan massa khususnya gerakan mahasiswa akan sulit menjalankan misi itu tanpa memiliki perspektif berpartai sekalipun memiliki kesadaran tentang situasi saat ini. Memiliki kesadaran untuk berpartai namun ikut dengan yang sudah juga akan menyulitkan kita sendiri ditengah partai-partai yang ada sekarang menjalankan praktek-praktek oligarky yang tidak demokratis.
Setidaknya kita bisa beropini tentang hal ini, betapa banyak pejuang-pejuang muda yang berjibaku memilih keluar meninggalkan kampus-kampus mereka, memiliki bermacam konsepsi yang visioner dan vokal melawan berbagai macam tindakan pemerintah yang anti terharap rakyat, ketika memilih berhenti melakukan perjuangan ekstra parlemen itu dan memilih jalan-jalan yang demokratis dengan masuk partai politik, gagasan gagasan besarnya hilang dari peredaran massa rakyat meski ada banyak diantara mereka memilih untuk meninggalkan sama sekali dunia dunia itu untuk mencari jalan lain yang lebih bermoral.