LMND UIN Banten Solidaritas Galang Koin Bantu Kawan yang Kesusahan

Lmnd Uin Saat akan memulai galang koin/Foto Rizky

Demokrasi Keraktaran - Kisah Pilu dialami Merlina, salah seorang pelajar di salah satu perguruan tinggi di Kota Serang. Ia nyaris putus sekolah karena terkendala biaya sejak Pandemi Covid-19 menjalar ke seluruh negeri, termasuk Kota Serang. 

Di hari-hari normal, kedua orang tua Merlina hanyalah pedagang kelontong di Stadion Maulana Yusuf untuk mencukupi kehidupannya. Meski serba berkecukupan, keluarga kecil Merlina bekerja keras agar semua anak anaknya dapat mengeyam pendidikan.

Memasuki situasi sulit seperti sekarang, usaha kecil-kecilan keluarga inipun mulai kolaps. Meski sejumlah bantuan sempat digelontorkan pemerintah untuk masyarakat tidak mampu, bantuan ini pada gilirannya tidak signifikan menutupi kebutuhan sehari-hari, termasuk keluarga Merlina sendiri, utamanya biaya sekolah anak-anak.

Merlina sendiri merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang ketiga-tiganya sedang menempuh pendidikan dengan tingkatan masing-masing. Merlina sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, sementara untuk kedua adiknya masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Sejak ada pembatasan aktifitas masyarakat untuk menekan penyebaran Covod-19, lembaga-lembaga pendidikan juga melakukan hal serupa dengan menerapkan Pendidikan jarak jauh/online. 

Di awal-awal Pandemi, kedua orang tua Merlina masih mampu membayar biaya pendidikan untuk anak anaknya meski harus pontang panting. Namun demikian, kedua orang tuanya tidak mampu memberi lebih uang jajan dan kebutuhan-kebutuhan sekolah seperti memfasilitasi Gedget dan lain lainnya. Hal ini pada gilirannya mengharuskan Merlina dan adik adiknya untuk meminimalisir sedemikian rupa biaya sehari-hari selama bersekolah.

Jadi, untuk menopang aktifitas belajarnya, Merlina dan adik-adiknya hanya memiliki satu gadget yang digunakan secara bersama-sama.
Meski keadaannya kian terjepit dan usaha dagangannya menemui titik buntu, peristiwa miris terjadi pada keluarga dengan rumah kurang layak ini. 

Peristiwa dimaksud adalah dicurinya aset-aset berharga satu-satunya milik Merlina berupa Handphone untuk menopang aktifitas pendidikannya oleh orang-orang tak bertanggung jawab saat menjaga warung kecilnya. 

Hilangnya aset berharga membuat Merlina semakin frustrasi dengan keadaannya hingga sempat terbersit di kepalanya untuk berhenti bersekolah. Namun sejumlah kawan-kawannya memotifasinya kembali agar ia tetap melanjutkan pendidikan.

Selama bersekolah, Merlina hanya mengandalkan kebaikan kawan-kawannya untuk megerjakan tugas-tugas kuliah yang serba berbasis online.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url