Refleksi mengulas perjalanan Banten dari hari ke hari pasca memisahkan dari Jawa barat
Famplet HUT BANTEN KE-24, Sumber Foto: Pribadi. |
Telah berlalu dua dekade Banten berdiri sebagai Provinsi otonom, tepat hari ini genap 24 tahun silam. Dalam perjalanannya sebagai Provinsi otonom, apakah Banten menjadi lebih baik?
Sebagai sebuah refleksi, tulisan ini akan mencoba mengulas perjalanan Banten dari hari ke hari pasca memisahkan diri dari Jawa Barat.
Belakangan, issu miring kembali menerpa Provinsi Banten. Bukan lagi ketimpangan ekonomi seperti lazimnya masalah yang disebut-sebut sebelumnya, tetapi lebih naif, tingkat kebahagiaan masyarakatnya yang mencapai limitnya. Dengan kata lain, masyarakat Banten paling tidak bahagia diantara masyarakat yang lain. Mengapa ini terjadi?
Bahagia atau tidaknya masyarakat menyangkut masalah psikologis. Masalah Ini lahir dan tidak bisa dilepaskan dari akumulasi masalah-masalah sosial ekonomi. Dan ini yang terjadi hari-hari ini di Banten yang menjadi faktor utama mengapa masyarakatnya tidak bahahia jika tidak ingin disebut frustrasi. Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi menjadi masalah besarnya.
Banyak warga Banten yang merasakan beban kehidupan yang berat, terutama dalam menghadapi kemiskinan yang melanda. Di berbagai daerah, terutama di daerah pedesaan, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja masih sangat terbatas. Ini menciptakan jurang ketimpangan yang semakin lebar.
Di kota-kota besar, kita sering menjumpai anak-anak yang terpaksa mengais rezeki di jalanan. Anak jalanan ini adalah cermin nyata dari kegagalan sistem untuk melindungi generasi muda. Mereka kehilangan masa kecil dan impian yang seharusnya menjadi hak mereka. Keresahan ini menuntut perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk memberikan solusi yang berkelanjutan.
Namun, di balik segala kesedihan, ada harapan yang muncul. Jalan Mulus di Lebak Selatan, yang telah dirintis sebagai program untuk memberdayakan masyarakat, menjadi simbol harapan baru. Melalui pelatihan keterampilan dan peningkatan pendidikan, diharapkan generasi muda Banten dapat beranjak dari belenggu kemiskinan dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Hari Ulang Tahun Provinsi Banten seharusnya menjadi momen refleksi, bukan hanya tentang apa yang telah dicapai, tetapi juga tentang apa yang masih harus diperjuangkan. Dengan semangat gotong royong, diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat bersatu untuk mengatasi keresahan-keresahan ini, menjadikan Banten bukan hanya provinsi yang merayakan, tetapi juga yang memberdayakan setiap warganya.
Kita perlu bergerak bersama, menciptakan Banten yang lebih baik, di mana setiap anak dapat bermimpi dan setiap keluarga dapat hidup dengan layak.
Penulis: Adam Arjun Maulana